Hari ini kita mencoba mengingat lagi salah satu sahabat Nabi yang
garis hidupnya senantiasa dilalui dengan perjuangan yang sarat dengan
hikmah dan teladan. Sahabat Nabi yang ucapannya penuh dengan cahaya
hikmah, derap langkah kakinya sarat dengan mujahadah,dan ayunan
pedangnya yang selalu siap dibaris terdepan menegakkan kalimatillah.
Dialah Imam Ali bin Abi Thalib Karamallahu Wajhah (Allah memulyakan
wajahnya). Ia menikah dengan putri Rasulullah SAW yang tercinta yaitu
Fatimah Az Zahra r.a Pernikahan mereka berlangsung dengan amat
sederhana dengan mahar seharga pakaian besi milik Ali yang mana baju
besi itu adalah pemberian Rasulullah sendiri yang selama ini menemaninya
dalam berjihad.
Ali bin Abi Thalib r.a bukanlah pemuda kaya yang banyak harta
sehingga tidak memiliki rumah yang cukup memadai untuk memberi tempat
berteduh bagi istrinya Fatimah Az Zahra tercinta. Maka ada seorang
sahabat Anshar yang memberikan rumahnya kepada Ali bin Abi Thalib r.a,
tapi ia menolaknya. Ali bin Abi Thalib bersedia menempati rumah itu bila
dizinkan untuk membelinya dengan cara mengangsur. Sejenak kita
merenung…pernahkah terpikir oleh kita kalau salah satu dari empat wanita
paling mulia diatas bumi ini yang selalu disebut sebut namanya oleh
syurga harus menempati rumah untuk merajut masa masa indahnya dalam
pernikahan dengan cara mengangsur..??.Ya .wanita itu ikhlas menerima
keadaan suaminya. Apalagi suami tersebut adalah pilihan ayahandanya
sendiri. Rasulullah SAW mamang selalu tepat dalam menentukan pilihan
pilihan terbaik buat anak yang paling dicintainya Fatimah Az Zahra.
Setelah Rasulullah SAW wafat maka kepemimpinan umat diambil alih oleh
sahabat sahabat yang utama. Pertama Abu Bakar dipilih secara aklamasi
oleh kaum muhajirin dan anshor. Kedua Umar bin Khattab ditunjuk oleh
Khalifah sebelumnya untuk menggantikan posisi khalifah yang pertama.
Ketiga Utsman bin Affan dipilih dengan jalur musyawarah oleh sebuah team
yang terdiri dari enam orang sahabat yang ditunjuk oleh Khalifah
sebelumnya. Keempat Ali bin Abi Thalib yang didukung oleh mayoritas kaum
muslimin karena mereka menyadari sepenuhnya bahwa orang beriman yang
paling utama yang masih hidup saat itu tiada lain adalah Ali bin Abi
Thalib r.a.
Ada sebuah kisah menarik tentang kesederhanaan dengan cara dan
proporsi yang tepat yang pernah ditampilkan oleh sosok Amirul Mukminin
Ali bin Abi Thalib sewaktu beliau sedang berjalan disebuah pasar. Meski
islam sudah berkembang sangat pesat dan dua kerajaan adidaya yaitu
Romawi dan Persia sudah takluk ditangan kaum muslimin Khalifah Ali
tetaplah berpenampilan sederhana dalam segi berpakaian, makanan dan
tempat tinggal. Apalagi setelah menjadi Khalifah, Ali bin Abi Thalib r.a
lebih berpenampilan sederhana bahkan terkesan miskin untuk seorang
Khalifah yang membawahi wilayah kekuasaan yang sangat luas. Kali ini Ali
bin Abi Thalib r.a mengenakan pakaian dengan beberapa tambalan di
bajunya. Saat sedang berjalan Amirul Mukminin Ali melihat seorang
sahabatnya yang berprofesi sebagai pedagang yang cukup sukses,
sahabatnya itu berpakaian dengan penampilan yang tidak biasanya, ia
berpakaian sangat sederhana sekali dan dibeberapa bagian terdapat
tembelan. Melihat hal yang tidak biasanya itu Amirul Mukminin Ali
menyapa dan bertanya “Wahai sahabatku, ada apa dengan dirimu. Biasanya
kamu mengenakan pakaian yang bagus dan tampil wangi kenapa kamu memakai
pakaian yang bertembel seperti ini ?”. Orang itu menyapa kembali Amirul
mukminin Ali dan menjawab “Ya Amirul mukminin sesungguhnya engkau adalah
teladan kami. Kami melihatmu berpakaian sangat sederhana sekali dan
dibeberapa tempat ada yang bertembel maka kami ingin meniru apa yang
engkau lakukan”. Khalifah Ali bin Abi Thalib r.a mengerti maksud
sahabatnya lantas ia menepuk bahu orang itu dan berkata “Sesungguhnya
aku telah diberi amanah untuk mengurusi umat Muhammad dan diantara
mereka ada yang kaya dan miskin. Bila aku hidup sebagai orang yang kaya
maka kaum yang miskin akan merasa sakit karena tindakanku dan bila aku
hidup miskin maka kaum yang kaya tidak akan mengapa dengan keberadaanku.
Sedangkan kamu adalah orang yang telah mendapat anugerah rejeki
melimpah dan halal dari Allah maka bila hak atas harta (berupa zakat)
itu telah kau keluarkan maka tidaklah mengapa engkau menikmati
kekayaanmu karena itu adalah hakmu dan perintah dari Tuhanmu..
Demikianlah kecemerlangan berpikir dari Imam Ali dalam memandang
harta dan kekuasaan. Beliau tidak terlena oleh harta dan tidak silau
oleh kekuasaan..moga kita diberi kekuatan untuk dapat mencontohnya..
http://kisahislami.com/
Langganan:
Posting Komentar (RSS)
0 komentar on Antara harta dan kekuasaan :
Post a Comment and Don't Spam!