Menjadi seorang pemuda tampan, kaya raya dengan asesoris serba mahal,
parfum paling semerbak dan banyak memiliki fans adalah impian hampir
semua anak zaman sekarang. Sahabat Nabi SAW yang satu ini demikianlah
halnya. Sebelum masuk islam dia adalah pujaan hati semua wanita di kota
Mekkah dan impian hati para orang tua untuk menjadi mertuanya.
Dibesarkan oleh keluarga yang kaya raya dan diperlakukan dengan
istimewa. Mengenakan pakaian seharga 200 dirham sudah sering ia
dapatkan.
Namanya Mus’ab bin Umair r.a,
telah masuk islam dari awal tapi tidak diketahui oleh orang tuanya.
Ketika orang tuanya mengetahui maka ia mendapatkan perlakuan yang kasar
dan diikat didalam rumah supaya tidak kabur.Ketika ada seruan untuk
hijrah ke Habsyah ia mendapat kesempatan meloloskan diri lalu ikut
hijrah ke habsyah bersama Ja’far bin Abi Thalib r.a dan rombongan yang
lain. Sekembalinya dari Habsyah Rasulullah SAW menyuruh Mus’ab bin Umair
r.a sebagai Duta pertama yang mendakwahkan Islam di kota Yatsrib. Di
Madinah ia mendapatkan sambutan yang baik dan ia mendapat Sahabat Muaz
bin Jabal r.a sebagai saudaranya.
Pada suatu hari Rasulullah SAW dan para sahabat sedang membuat suatu
majelis, kemudian berlalu dihadapan mereka seseorang dengan pakaian yang
banyak bertambal. Bahkan ada bagian baju yang sobek dan ditembel dengan
kulit hewan.Tak terasa air mata Rasulullah SAW yang mulia menetes.
Masih segar diingatan mereka bahwa itu adalah pemuda dari keluarga kaya
raya. Hidup tidak pernah kekurangan apalagi kesusahan. Makan dari menu
yang lezat dan terjamin harganya. Senantiasa menjadi buah bibir di lisan
wanita wanita kota Mekkah. Kini Islam telah merenggut assesoris dunia
penuh kemewahan yang pernah disandang. Mus’ab bin Umair lebih memilih
duduk bersama majelis Rasulullah, kadang kepanasan kadang kehujanan dari
pada duduk di rumah megahnya di Mekkah dengan dikelilingi makanan enak,
musik mengalun dan dilayani budak budak pilihan. Ia lebih nikmat dengan
perut yang sering keroncongan karena jarang makan tapi khusyu beribadah
di masjid bersama Nabi SAW. Malam malam yang biasanya dilalui dengan
berkumpul bersama kaum kerabat sambil bercanda ria kini dilalui dengan
linangan airmata di sujudnya dengan dzikir dan doa yang panjang. Mus’ab
bin Umair r.a sesungguhnya telah meretas jalan yang dulu pernah dilalui
para Nabi Allah. Bila perjalanan ke akhirat ibarat sebuah gerbong kereta
api maka hanya dengan menumpang kereta api itu kita akan sampai
distasiun yang dituju. Sekalipun kita ada di gerbong yang terakhir atau
hanya bergelayutan di pegangan pintu maka kita yakin bahwa kita akan
sampai di stasiun yang kita tuju. Tapi meskipun kita ada digerbong mewah
dan serba nyaman kalau kita menggunakan kereta yang lain maka kita
tidak akan pernah sampai di stasiun yang sebenarnya.
Ketika panggilan jihad Uhud dikumandangkan Mus’ab bin Umair termasuk
dalam barisan yang pertama. Bahkan Ia mendapat kehormatan sebagai
pemegang utama bendera Islam. Ketika pasukan Islam terdesak dan ada
sebagian yang mundur maka Mus’ab bin Umair r.a tetap kokoh memegang
panji Islam dengan erat sambil berdiri tak goyang dari tempatnya. Musuh
musuh pun makin gencar melakukan serangan apalagi setelah pasukan Khalid
bin Walid (waktu itu belum masuk Islam) berhasil menguasi bukit tempat
pasukan panah melakukan serangan. Pasukan islam banyak yang lepas dari
koordinasi, tidak rapi seperti awalnya. Saat itu seorang musuh
mengayunkan pedangnya dan memutus tangan kanan Mus’ab bin umair r.a.
Mus’ab sempoyongan dan berhasil bangkit memegang panji dengan tangan
kirinya. Musuh melakukan serangan lagi dan berhasil memutus tangan kiri
Mus’ab. Ia terjatuh bersimbah darah tapi masih hidup. Seluruh
kekuatannya dikumpulkan lagi dan berhasil memegang kembali panji islam
didepan dadanya dibantu dengan sisa kedua tangan yang telah terpotong.
Tak berselang lama sebuah anak panah menembus dadanya dan robohlah ia
sebagai syuhada. Seorang sahabat Nabi SAW yang lain datang dan merebut
kembali Panji Islam dari jasad Mus’ab bin umair r.a.
Disaat saat pemakamannya, beliau hanya memiliki sehelai kain yang
tidak cukup menutupi jasadnya. Bila kepalanya ditutupi maka kakinya akan
terbuka dan bila kakinya ditutupi maka kepalanya akan terbuka.
Rasulullah SAW mendekati dan bersabda, ““Selimutkanlah kepalanya dengan kain itu dan tutupilah kakinya dengan daun-daun Azkhar.”
Inilah sebuah akhir kegemilangan seorang pemuda dalam menegakkan
Panji Islam. Dia memang telah kehilangan kemewahan dan gemerlapnya
dunia, tapi ia mendapat ganti yang jauh lebih baik, yakni syurga.
Perjalanan dari pemuda yang kaya raya dan berakhir dengan hanya
mempunyai pakaian yang tidak cukup menutupi jasadnya.. Subhanallah..Yaa
Allah berilah kami kekuatan untuk mencintai dan meneladani orang orang
besar seperti mereka..Amiin
http://kisahislami.com/
Langganan:
Posting Komentar (RSS)
0 komentar on Tutupilah kakinya dengan daun-daun Azkhar :
Post a Comment and Don't Spam!